PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA PENYELAMATAN DIRI - SHKK Kelas X Bab 5
KOMPETENSI DASAR :
3.5. Menganalisis Pencegahan Terjadinya Kebakaran
4.5. Melakukan Pencegahan Terjadinya Kebakaran
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Menganalisis penyebab kebakaran yang terjadi di lingkungan
kerja,
2. Menganalisis pencegahan terjadinya kebakaran, serta
3. mampu menggunakan alat-alat yang digunakan untuk memadamkan
kebakaran.
A. Penyebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran merupakan peristiwa bencana yang dapat
mengancam dan mengganggu kehidupan. Peristiwa kebakaran dapat disebabkan oleh
kelalaian manusia atau factor lain di luar kelalaian manusia yang dapat
menyebabkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kehilangan harta benda, dan
juga dapat berdampak psikologis pada manusia. Di hotel, pencegahan dan
penanggulangan kebakaran penting untuk dilakukan. Pihak-pihak yang wajib
terlibat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran di hotel, yaitu sebagai
berikut.
a.
Pegawai hotel yang bersangkutan.
b.
Satuan pengamanan hotel.
c.
Petugas yang menangani kebakaran.
d.
Pemadam kebakaran.
e.
Kabag TU atau kasubag umum.
Kebakaran dapat menimpa seluruh sektor kegiatan perekonomian,
seperti sektor jasa, di mana kebakaran sering menimpa tempat pusat pelayanan
umum, pasar tradisional atau modern, hotel atau restoran. Sebagian besar
kebakaran teriadi akibat adanya hubungan arus pendek listrik yang bertemu
dengan sumber api, seperti kompor, pemanas, tabung gas, serta gangguan
instalasi listrik. Peristiwa kebakaran di Indonesia hampir sering terjadi. Penelitian
menunjukkan bahwa penyebab kebakaran sebagian besar adalah faktor kelalaian
manusia. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap sumber
penyebab kebakaran serta rendahnya kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran.
Kebakaran yang terjadi di hotel dapat menyebabkan
kerugian terhadap karyawan, seperti mengakibatkan kehilangan pekerjaan atau
gangguan kesehatan fisik. Kebakaran juga dapat menyebabkan kerugian bagi
pemilik hotel karena pekerjaan menjadi terhenti yang tentu saja mendatangkan
kerugian bagi
perusahaan. Untuk itu, perlu adanya perencanaan yang baik untuk pencegahan
dan penanggulangan kebakaran. Bentuk
bangunan hotel saat ini lebih banyak bertingkat sehingga perlu adanya
perencanaan sistem pemadam kebakaran, seperti adanya tangga-tangga dan lampu
darurat. Kondisi fasilitas dan peralatan hotel juga perlu diperhatikan pada
saat penggunaan lift, AC, alat dapur, dan sebagainya. Alat tersebut harus dapat
berfungsi dengan baik. Untuk itu, penting adanya pemahaman semua karyawan hotel
dalam pencegahan kebakaran di hotel. Standar yang digunakan dalam
penanggulangan kebakaran di hotel, berlandaskan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
RI No. Kep.186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
Kebijakan sistem perlindungan kebakaran saat ini yang
dapat diterapkan antara lain system perlindungan aktif dan pasif. Perlindungan
aktif meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran,
pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran. Adapun sistem
perlindungan pasif meliputi kemampuan stabilitas struktur bangunan dan
elemennya, konstruksi bangunan yang tahan api, dan lain sebagainya.
B. Sumber Api dan Tipe Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila tiga unsur secara
bersama-sama menyatu. Unsur-unsur tersebut adalah oksigen, bahan yang mudah
terbakar, dan panas. Tanpa salah satu unsur tersebut, pembakaran tidak akan
terjadi. Peristiwa terbakar adalah suatu reaksi kimia dari zat yang mudah
terbakar dengan oksigen. Reaksi tersebut mengeluarkan panas (reaksi
eksoterm). Pada beberapa zat pembakaran dapat terjadi pada suhu udara
atmosfer. Kebakaran dimulai dari jumlah panas yang timbul masih kecil dan hanya
sedikit menaikkan suhu bahan.
Jika terdapat pemanasan, reaksi kimia berjalan cepat
dan panas lebih banyak lagi dihasilkan. Suhu yang naik di atas titik bakar
berakibat terjadinya kebakaran. Agar terjadi nyala api, zat yang mudah terbakar
harus memberikan uap atau gas yang dapat terbakar. Jika penguapan tidak
terjadi, pembakaran berlangsung tanpa nyala api. Peledakan terjadi bersamaan dengan
kebakaran. Debu, uap atau gas yang dapat terbakar dan bercampur dengan udara
dapat meledak.
1. Sifat Zat yang Mudah Terbakar.
Beberapa sifat zat atau bahan yang mudah terbakar,
antara lain titik nyala (flash point), suhu nyala sendiri, sifat terbakar
karena pemanasan, berat jenis, perbandingan berat uap terhadap udara, sifat bercampur
dengan air dan sifat fisik. Titik nyala adalah suhu terendah dengan uap yang
cukup untuk membentuk campuran yang dapat menyala dengan udara di dekat
permukaan zat tersebut. Banyak zat yang mempunyai titik nyala di bawah suhu
atmosfer sehingga dapat terbakar apabila sumber api berada di dekatnya. Suhu
nyala merupakan suhu terendah zat tanpa adanya nyala api yang dipengaruhi sifat
zat dan keadaan fisik zat. Sifat terbakar terjadi akibat fermentasi dan
oksidasi yang terjadi pada proses pemanasan. Bahan mudah terbakar juga memiliki
sifat mudah dan terbakar terapung di atas air.
2. Kebakaran Akibat Instalasi Listrik
Penyebab kebakaran yang sering terjadi terutama pada
daerah permukiman padat penduduk adalah instalasi listrik yang tidak baik, seperti
terjadi arus pendek akibat pemasangan kabel yang tidak tepat, tidak memakai
sekring, atau karena peralatan listrik yang rusak
3. Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran dapat digolongkan berdasarkan jenis bahan. Secara umum,
kebakaran diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Kebakaran Kelas A
Bahan yang
menyebabkan kebakaran adalah bahan padat selain logam, seperti kertas, kayu,
plastik, selulosa. Bahan-bahan tersebut memiliki sifat tidak mengalir dan mampu
menyimpan panas. Pemadaman kebakaran jenis tersebut yaitu dengan cara
menurunkan suhu dengan cepat. Media pemadam yang digunakan, seperti air, pasir,
busa, serbuk kimia, dan cairan kimia.
b. Kebakaran Kelas B
Bahan yang
menyebabkan kebakaran ini adalah bahan cairan dan gas, seperti bensin, solar,
dan amoniak, Cairan memiliki sifat mudah mengalirkan api ke tempat lain. Untuk
memadamkan bahan jenis ini yaitu dengan cara menghilangkan oksigen dan menghalangi
nyala api. Media pemadam yang digunakan seperti CO2, busa, dan
serbuk kimia kering.
c. Kebakaran Kelas C
Kebakaran jenis ini
terjadi akibat bertemunya bahan kebakaran Kelas A atau B dengan aliran listrik,
seperti terjadinya arus pendek. Media pemadam yang digunakan seperti uap air,
CO2, dan serbuk kimia kering.
d. Kebakaran Kelas D
Kebakaran kelas ini
terjadi akibat bahan bakar logam, seperti tembaga, besi, magnesium, dan logam
lainnya. Pemadaman kebakaran logam dapat dilakukan dengan cara melapisi permukaan
logam yang terbakar dengan serbuk kimia, seperti serbuk kimia sodium klorida.
e. Kebakaran Kelas E
Kebakaran disebabkan
bahan-bahan radioaktif, seperti bahan-bahan dan peralatan laboratorium atau
rumah sakit. Untuk kebakaran jenis ini sampai saat ini belum diketahui secara
spesifik untuk menanganinya.
f. Kebakaran Kelas K
Kebakaran disebabkan
bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi, seperti minyak masakan. Kebakaran
jenis ini banyak terjadi di dapur. Untuk pemadaman pada kebakaran kelas ini dapat
dilakukan dengan menggunakan cairan kimia dan karbon dioksida (CO2).
4. Sistem Tanda Kebakar
Sistem tanda kebakaran merupakan
petunjuk atau informasi dan peralatan untuk mencegah dan meminimalkan bahaya
kebakaran. Sistem tanda kebakaran dapat dilakukan secara otomatis atau tidak
otomatis. Sistem otomatis, yaitu peralatan yang digunakan untuk mencegah bahaya
kebakaran berupa tanda langsung atau tanpa dikendalikan saat terjadi kebakaran.
Sistem tidak otomatis, yaitu peralatan yang digunakan untuk mencegah bahaya
kebakaran berupa tanda yang harus dikendalikan dengan cara menekan tombol pada
saat terjadi kebakaran. Tanda kebakaran harus dipasang di setiap tempat
bangunan, Selain itu, pada bangunan harus memiliki jalan penyelamatan diri atau
emergency exit yang berada pada dua arah yang berlawanan. Jalan
penyelamatan harus terbuat dari bahan tahan api yang dilengkapi
dengan penerangan cukup serta penghalang asap. Selain itu, yang harus
diperhatikan adalah satuan lebar pintu penyelamatan (ukuran pintu 0.5 m untuk
40 orang bergerak setiap menitnya).
5. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah
tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan, dan pemadaman
kebakaran yang meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta
perlindungan harta kekayaan. Pencegahan lebih ditekankan pada usaha memindahkan
atau mengurangi terjadinya kebakaran dan mengurangi korban seminimal mungkin.
Ada beberapa hal yang dilakukan untuk pencegahan yaitu
pembuatan bangunan tahan api, pengawasan teratur dan berkala, dan penemuan
sumber dan potensi kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya. Pencegahan
kebakaraan dimulai dari sejak perencanaan gedung. Suatu prinsip penting yang
harus diperhatikan saat perencanaan adalah menghindari meluasnya kebakaran
(bila terjadi kebakaran) dan menyiapkan cara-cara yang efektif menanggulangi
kebakaran. Contohnya,
1.
mengatur agar letak fasilitas pelayanan publik
berada dalam jarak yang cukup;
2.
perlengkapan peralatan pemadam harus tersedia;
3.
sistem pancaran atau percikan air tersedia untuk
mencegah kerusakan atau memadamkan api yang terjadi;
4.
pada tempat kerja yang berbahaya dan penting,
seperti gudang dan pusat tenaga listrik, diperlukan konstruksi tahan api agar
kebakaran tidak merembet ke tempat yang berdekatan.
Beberapa ruangan kerja yang menghasilkan uap yang
dapat terbakar penting ditambah dengan system ventilasi. Saat terbaik untuk
menghentikan timbulnya kebakaran adalah sebelum kebakaran itu terjadi. Setiap
perusahaan hendaknya memiliki badan pengawasan sendiri. Tugasnya adalah
menemukan dan melaporkan bahaya kebakaran dan membuat daftar permasalahan yang
harus diperiksa secara rutin. Pengawasan dilakukan bergantian agar hal yang
perlu diperbaiki dapat ditemukarn dengan segera.
a.
Pencegahan
Langkah-langkah yang
perlu diantisipasi guna mencegah terjadinya bencana kebakaran adalah sebagai
berikut.
1.
Tidak merokok dan melakukan pekerjaan panas di
tempat barang-barang yang mudah terbakar.
2.
Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di
tempat yang aman dan jauh dari api.
3.
Pastikan bahwa instalasi listrik dalam keadaan
aman.
4.
Pembebanan yang berlebihan pada satu stopkontak
akan menyebabkan kabel panas dan dapat memicu kebakaran. Dalam hal ini, umumnya
dilakukan dengan penumpukan beberapa stop kontak atau T pada satu titik sumber
listrik. Hal seperti ini harus dihindari.
5.
Gunakan pemutus arus listrik (kontak tusuk)
dalam keadaan baik.
6.
Jika ada kabel listrik yang terkelupas atau
terbuka, harus segera diperbaiki karena dapat menyebabkan hubungan arus pendek.
7.
Jangan sekali-kali mencantol listrik karena Anda
tidak memiliki sistem pengaman yang sesuai. PLN biasanya sudah memperhitungkan
distribusi beban listrik, apabila ada beban berlebihan akan mengganggu jaringan
listrik yang ada.
8.
Tidak membuat sambungan listrik sembarangan.
9.
Tidak memasang steker listrik bertumpuk-tumpuk.
10.Memasang tanda-tanda
peringatan pada tempat yang mempunyai risiko bahaya kebakaran tinggi.
11.Menyediakan APAR di tempat
yang strategis.
12.Matikan aliran listrik
apabila tidak digunakan
13.Buang puntung rokok di asbak
dan matikan apinya,
14.Jika akan meninggalkan
tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat menyebabkan kebakaran.
b. Penanggulangan
Penanggulangan
penanganan kebakaran harus tepat untuk menghindari kerugian akibat bencana
kebakaran. Berikut hal-hal yang termasuk penanggulangan kebakaran
1.
Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah memadamkan secara langsung dengan alat pemadam yang
sesuai dan telah diletakkan pada tempat terdekat.
2.
Sediakan alat pemadam kebakaran di kantor.
Siapkan selimut pemadam (fire blanket) di
setiap ruangan kantor.
3.
Sebagai pengganti fire blanket, sediakan karung
goni (karung beras yang terbuat dari serat manila hennep). Basahi karung goni
sebelum dipakai untuk memadamkan api.
4.
Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan
segera hubungi kepala gedung (fire
marshal).
5.
Bunyikan alarm atau tanda bahaya kebakaran jika
api belum padam.
6.
Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi
(pengosongan gedung) melalui pintu darurat dan segera lakukan pemadaman dengan
alat pemadam yang tersedia.
7.
Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat.
Pasang nomor penting dekat telepon atau program telepon untuk nomor-nomor
penting. Ingat bahwa mereka tidak akan datang dalam waktu singkat sehingga
kemungkinan api telah berkobar lebih besar.
8.
Hubungi unit pemadam kebakaran untuk dimintai
bantuan dengan identitas yang jelas.
9.
Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi
(pengosongan gedung) dan bantu kelancaran petugas pemadam kebakaran.
10.Beri tahu penolong atau
petugas pemadam kebakaran tempat alat pemadam dan sumber air.
11.Utamakan keselamatan jiwa
daripada harta benda.
6. Prinsip-prinsip dalam Penanggulangan Bencana
Kebakaran
Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana kebakaran adalah sebagai
berikut.
a. Cepat dan tepat
Dalam menanggulangi bencana kebakaran, harus dilakukan
secara cepat dan tepat. Jika penanganan tidak dilakukan dengan cepat, akan
mengalami kerugian dan memakan banyak korban. Penanganan dengan tepat dengan
mengetahui sumber kebakaran dan memahami cara memadamkan api.
b. Prioritas
Harus mengetahui prioritas dalam menyelamatkan korban.
Menyelamatkan makhluk hidup harus dilakukan terlebih dahulu daripada
menyelamatkan harta benda.
c. Koordinasi dan
keterpaduan.
Harus adanya koordinasi dan keterpaduan dari berbagai
sektor dalam menangani kebakaran, karena tidak mungkin dilakukan oleh satu
sektor saja. Sektor yang mengalami kebakaran memerlukan bantuan dari pihak
pemerintah, pemadam kebakaran, dan masyarakat sekitar.
d. Berdaya guna dan
berhasil guna.
Penanganan bencana kebakaran harus berdaya guna dan
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Perlu adanya penanggulangan
pascakebakaran seperti menghilangkan rasa trauma atas bencana yang telah
terjadi.
e. Kemitraan
Kebakaran tidak hanya merupakan tanggung jawab
pemerintah, tetapi semua masyarakat harus ikut serta. Oleh karena itu,
kemitraan yang baik antara pemerintah dan masyarakat, seperti mendirikan pos
penanggulangan bencana sangat diperlukan.
f. Pemberdayaan
Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat
dengan cara mengadakan pelatihan dan sosialisasi mengenai bencana kebakaran
terkait dengan langkah antisipasi, penyelamatan,
dan pemulihan pascabencana.
g. Nondiskriminatif
Proses penanganan bencana kebakaran tidak mengenal
perbedaan suku, ras, agama, dan budaya. Penanganan bencana harus dilakukan
secara adil.
C. Cara-cara
Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat penmadam dan penanggulangan kebakaran meliputi dua jenis, yaitu terpasang tetap di tempat dan dapat bergerak atau dibawa. Perlengkapan terpasang di tempat meliputi pemancar air otomatis, pompa air, pipa, dan slang untuk aliran air, dan segenap peralatan pemadam dengan menggunakan bahan kimia kering, karbon dioksida, dan busa.
Adapun peralatan yang dapat dibawa berguna untuk mencegah
kebakaran yang masih kecil harus tersedia. Alat ini berguna untuk keadaan
darurat, ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, pada tempat
yang diperkirakan mungkin terjadi kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat
terhadap kemungkinan terkena kebakaran sendiri atau orang-orang ketika akan
menggunakannya. Alat tersebut adalah Alat
Pemadam Api Ringan (APAR). APAR ini harus dapat dibawa dan digunakan oleh
satu orang dan berdiri sendiri dengan berat antara 1lbs - 35 Ibs (0.5 kg-16 kg)
yang mampu memadamkan kebakaran kecil.
Pabrik pembuat alat-alat pemadam kebakaran diharuskan
memasang label dan informasi-informasi yang diperlukan pada bagian luar tabung
hasil produksinya. Hal ini diwajibkan agar tidak terjadi kekeliruan pada waktu
penggunaannya karena kekeliruan pemakaian alat dapat berakibat fatal.
Sebaliknya, konsumen pemakai alat-alat pemadam api, baik instansi pemerintah,
swasta, hotel, maupun pabrik-pabrik seyogianya mewajibkan setiap karyawannya
untuk mengetahui dengan tepat fungsi dan pemakaian dari tabung pemadam
kebakaran. Keterangan yang dicantumkan dalam label portabel adalah jenis-jenis
bahan pemadam yang diisikan di dalamnya dan kelas kelas yang dapat dipadamkan.
Semua pemadaman dengan menggunakan APAR selalu dimulai
dari atas angin (tidak melawan arah angin). Berikut cara pemadaman dengan
menggunakan APAR.
1.
Dry chemical - disemburkan
mulai dari tepi api terdekat dengan jarak + 6-7m dengan dikibaskan ke
kiri dan ke kanan.
2.
Air bertekanan - disemprotkan
ke sumber api (bahan yang terbakar).
3.
Busa atau foam - semprotkan
ke dinding bagian dalam dari kebakaran dengan jarak + 3-4 m. Penutupan
permukaan yang terbakar dengan busa harus secara sempurna. Jangan sekali-kali menyemprotkan
busa ke permukaan air yang terbakar atau busa yang sedang menutup permukaan
yang terbakar.
4.
Cairan yang mudah menguap - semprotkan ke sumber api
dengan diratakan di seluruh permukaan yang terbakar.
5.
Gas CO2 - disemprotkan ke sumber api dengan
menggerakkan corong ke seluruh bahan yang terbakar.
D. Cara-cara
Penyelamatan Diri dan Tamu Saat Kebakaran
Berikut cara-cara penyelamatan diri dan tamu saat terjadi kebakaran.
1.
Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan
menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap ruangan. Ini dapat melalui
pintu atau jendela. Jadi, perhatikan apakah teralis bangunan akan mengganggu
rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri bersama seluruh karyawan.
2.
Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.
3.
Persiapkan lampu senter bagi petugas Satpam.
4.
Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat
orang menjadi panik dan tidak dapat bernapas dengan leluasa. Merangkaklah atau
menunduk di bawah, tutup mulut, dan hidung dengan kain yang dibasahi.
5.
Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat
menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada
kondisi darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.
6.
Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh
dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan
terakhir apabila tidak ada jalan keluar menerobos kobaran api.
No. |
Cara-cara Penyelamatan Diri Saat
Kebakaran |
Waktu Maksimal Penyelesaian |
1. |
Jika terjadi kebakaran
karyawan dan tamu menyelamatkan diri di tempat aman dan jangan panik. |
3 Menit |
2. |
Penanggung jawab ruangan
memberi informasi sumber kebakaran kepada petugas atau yang diberi tanggung
jawab. |
2 Menit |
3. |
Jika sumber kebakaran
dan penyebab kebakaran diketahui, petugas mematikan sakelar pemutus arus
listrik atau putuskan arus listrik melalui panel MCB atau sekering. |
3 Menit |
4. |
Jika memungkinkan,
padamkan kebakaran tersebut dengan alat pemadam api dengan bahan pemadam yang
sesuai (tabung pemadam, fire blanket, karung goni, dan sebagainya). |
15 Menit – Selesai |
5. |
Jika ternyata kebakaran
cukup besar segera hubungi dinas pemadam kebakaran dan PLN. |
5 Menit |
6. |
Lingkungan sekitar perlu
dirapikan atau disterilkan sehingga mudah dicapai oleh pemadam kebakaran |
5 – 10 Menit |
7. |
Sambil menunggu petugas
pemadam kebakaran, satgas Kebakaran
Perwakilan BPKP mempersiapkan peralatan pemadam, hydrant, dan genset. |
7 – 10 Menit |
8. |
Petugas yang ditunjuk
mengambil posisi yang telah ditentukan |
5 – 10 Menit |
9. |
Melakukan pemadaman
sumber kebakaran atau api. |
30 Menit - Selesai |
10. |
Lakukan penyelamatan
dokumen-dokumen serta peralatan kantor. |
30 Menit - Selesai |
Comments
Post a Comment